Fosil-fosil Homo erectus yang ditemukan di
beberapa tapak di Jawa menunjukkan kemungkinan kontinuitas populasi
mulai dari 1,7 juta tahun (Sangiran) hingga 50.000 tahun yang lalu
(Ngandong). Rentang waktu yang panjang menunjukkan perubahan fitur yang
berakibat pada dua subspesies berbeda (H. erectus paleojavanicus yang
lebih tua daripada H. erectus soloensis). Swisher (1996) mengajukan
tesis bahwa hingga 50.000 tahun yang lalu mereka telah hidup sezaman
dengan manusia modern H. sapiens.
Migrasi H. sapiens (manusia
modern) masuk ke wilayah Nusantara diperkirakan terjadi pada rentang
waktu antara 70 000 dan 60 000 tahun yang lalu. Masyarakat berfenotipe
Austrolomelanesoid, yang kelak menjadi moyang beberapa suku pribumi di
Semenanjung Malaya (Semang), Filipina (Negrito), Aborigin Australia,
Papua, dan Melanesia, memasuki kawasan Paparan Sunda. Mereka kemudian
bergerak ke timur. Gua Niah di Sarawak memiliki sisa kerangka tertua
yang mewakili masyarakat ini (berumur sekitar 60 sampai 50 ribu tahun).
Sisa-sisa tengkorak ditemukan pula di gua-gua daerah karst di Jawa
(Pegunungan Sewu). Mereka adalah pendukung kultur Paleolitikum yang
belum mengenal budidaya tanaman atau beternak dan hidup meramu (hunt and
gathering).
Penemuan seri kerangka makhluk mirip manusia di Liang Bua, Pulau Flores, membuka kemungkinan adanya spesies hominid ketiga, yang saat ini dikenal sebagai H. floresiensis.
Selanjutnya kira-kira 2500 tahun sebelum Masehi, terjadi migrasi oleh penutur bahasa Austronesia dari Taiwan ke Filipina, kemudian ke selatan dan Indonesia, dan ke timur ke Pasifik. Mereka adalah nenek moyang suku-suku di wilayah Nusantara.
Orang Austronesia ini paham cara bertani, ilmu pelayaran bahkan astronomi. Mereka juga sudah memiliki sistem tata pemerintahan sederhana serta memiliki pemimpin (raja kecil). Kedatangan imigran dari India pada abad-abad akhir Sebelum Masehi memperkenalkan kepada mereka sistem tata pemerintahan yang lebih maju (kerajaan).
Penemuan seri kerangka makhluk mirip manusia di Liang Bua, Pulau Flores, membuka kemungkinan adanya spesies hominid ketiga, yang saat ini dikenal sebagai H. floresiensis.
Selanjutnya kira-kira 2500 tahun sebelum Masehi, terjadi migrasi oleh penutur bahasa Austronesia dari Taiwan ke Filipina, kemudian ke selatan dan Indonesia, dan ke timur ke Pasifik. Mereka adalah nenek moyang suku-suku di wilayah Nusantara.
Orang Austronesia ini paham cara bertani, ilmu pelayaran bahkan astronomi. Mereka juga sudah memiliki sistem tata pemerintahan sederhana serta memiliki pemimpin (raja kecil). Kedatangan imigran dari India pada abad-abad akhir Sebelum Masehi memperkenalkan kepada mereka sistem tata pemerintahan yang lebih maju (kerajaan).
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara